Gulma pada tanaman padi selalu menjadi masalah karena mengganggu tanaman pokok dalam penyerapan nutrisi, kompetisi cahaya dan juga berpotensi menjadi inang hama dan penyakit. Gulma adalah salah satu kendala utama dalam memperoleh hasil yang tinggi dalam budidaya padi sawah. Persaingan gulma dengan padi dalam stadia pertumbuhan hingga masa pematangan sangat besar sekali pengaruhnya terhadap penurunan hasil panen.
Gulma dapat menurunkan hasil panen karena adanya persaingan antara gulma itu sendiri dengan padi, dalam pengambilan unsur hara, air dan cahaya. Di samping itu ada beberapa gulma yang dapat dijadikan tanaman inang oleh hama dan penyakit tanaman padi, sehingga kalau kita membiarkan gulma tumbuh tanpa dikendalikan, jelas kerugian akan kita dapatkan termasuk kerugian akibat peledakan hama dan penyakit. Pengendalian gulma padi sawah, umumnya sudah dilakukan oleh para petani, baik dengan penggunaan tenaga manusia (penyiangan tangan) dengan peralatan khusus (landak/gasrok) ataupun cara kimiawi dengan penggunaan herbisida.
Beberapa cara pengendalian gulma adalah sebagai berikut:
Cara pengendalian dengan penyiangan tangan, sekarang ini sudah jarang sekali dilakukan karena adanya keterbatasan tenaga penyiang, terlebih-lebih untuk daerah-daerah yang sulit mendapatkan tenaga kerja. Demikian juga penyiangan dengan alat (landak) di beberapa tempat juga sudah ditinggalkan mengingat penggunaan alat ini juga memerlukan banyak tenaga dan kadang-kadang juga bisa mengakibatkan kerusakan pada perakaran padi yang sedang tumbuh. Dengan adanya kendala-kendala itu, sekarang petani banyak beralih menggunakan cara lain yang lebih mudah dan efisien, yaitu penggunaan racun kimia atau lebih populer dengan nama (herbisida).
Pengendalian secara tradisional:
? Mengangkat sisa gulma yang dapat tumbuh kembali dari petakan sawah pada saat penyiapan lahan, meningkatkan ketinggian muka air tanah, untuk menghambat pertumbuhan gulma golongan rumput dan teki. Air macak-macak sebelum tanaman menutup permukaan tanah merangsang pertumbuhan semua gulma.
? Pemupukan bentuk briket yang dibenamkan ke dalam tanah mengurangi kemungkinannya dimanfaatkan oleh gulma.
? Penggunaan varietas yang tahan bersaing dengan gulma
? Penggunaan mulsa hidup dari gulma yang tumbuh mengapung. Salvinia molesta (kayambang) atau Azolla pinnata selain sebagai pupuk hijau dapat digunakan sebagai mulsa hidup pada padi sawah. Gulma-gulma yang tumbuh dari biji, pertumbuhannya akan tertekan karena kekurangan cahaya, oksigen dan meningkatnya CO2 dalam air. Selain itu gulma yang baru berkecambah sulit menembus lapisan permukaan air yang telah tertutup oleh musa hidup tersebut.
? Pengendalian gulma secara langsung terdiri dari berbagai cara yaitu: dengan tangan (manual), mekanis, fisik, biologis dan kimiawi.
? Pengendalian gulma secara biologis dapat dilakukan menggunakan itik (Anas javanica Chaves). Anak itik yang dibiarkan beberapa hari di lapangan dapat menggantikan cara pengendalian gulma dengan tangan pada padi sawah.
? Selain itu kumbang baja hitam (Holtica cyanea) dapat digunakan untuk mengendalikan gulma. Larva dan imago dari kumbang tersebut akan memakan daun gulma J. repens, J. octavalfis, dan J. linearis.
Pengendalian Secara Kimia
Banyak sekali jenis herbisida yang bisa digunakan untuk mengendalikan gulma pada padi sawah. Cara penggunaan herbisida (racun rumput) ini banyak sekali macamnya. Ada yang harus disemprotkan pada saat gulma sudah tumbuh, ada juga yang digunakan khusus untuk membunuh gulma yang baru mulai tumbuh yang belum tumbuh. Herbisida yang disemprotkan sesudah gulma tumbuh biasanya jenis yang dapat membunuh gulma secara cepat. Kadang-kadang herbisida itu juga dapat mengenai padi, sehingga daun padi akan menguning untuk sementara sebelum sembuh kembali setelah diberi pupuk susulan.
Perkembangan teknologi telah membantu kita untuk mendapatkan herbisida yang bersifat selektif. Artinya, kalau kita semprotkan pada padi sawah akan sangat efektif mengendalikan gulma tetapi tidak meracuni atau mengganggu tanaman padi.
Herbisida Setoff 20 WG adalah salah satu dari banyak jenis herbisida yang dapat dipergunakan untuk menanggulangi gulma di pertanaman padi di sawah. Herbisida ini sudah terbukti dapat mengendalikan secara efektif gulma-gulma yang sering terdapat pada areal padi sawah seperti eceng, wewehan, genjer, semanggi dan lain-lain.
Herbisida Setoff 20 WG cukup disemprotkan sekali selama musim tanam, pada saat padi berumur 2 – 6 hari setelah pindah tanam. Dosisnya 50 gram per hektar luasan. Penyemprotan sebaiknya dilakukan saat sawah tergenang setelah saluran pemasukan dan pembuangan di tutup, dengan ketinggian air ± 2 – 3 cm. Kemudian lahan sawah dibiarkan pada kondisi itu selama 1 – 2 hari sebelum saluran air dibuka kembali. Sejak saat itu gulma akan terkendalikan hingga saat panen datang.
Kelebihannya kalau kita menggunakan Setoff 20 WG adalah tidak meracuni tanaman padi dan gulma bisa terkendalikan sejak dari awal, sehingga semua pupuk yang diberikan dimanfaatkan secara maksimal oleh padi. Dengan penggunaan Setoff 20 WG, padi akan terbebaskan dari persaingan dengan gulma dan akhirnya kita bisa mengharapkan hasil panen yang tinggi dan bermutu baik.
Penulis : EKO PURNOMO
0 komentar:
Posting Komentar